Ongkos Kirim Produk Mahal, Terobosan Jasa Ekspedisi Sangat Diperlukan
Jak-One.com – Pertumbuhan transaksi e-commerce akhir-akhir ini membawa berkah bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan perusahaan jasa ekspedisi. Terlebih pada masa pandemi seperti saat ini, aktivitas jual beli barang banyak dilakukan secara online akibat adanya pembatasan mobilitas masyarakat.
Namun di sisi lain masih ada persoalan besar yang dikeluhkan oleh penjual atau pembeli yang melakukan transaksi secara digital, yaitu ongkos kirim (ongkir) atau biaya logistik yang masih mahal. Beban akan semakin terasa berat manakala jarak antara penjual dan pembeli sangat jauh sehingga biaya ongkir kerap melebihi dari harga dasar produk yang ditransaksikan. Data menunjukkan 47,8 persen pelaku UMKM Indonesia mengalami kendala terkait hal itu.
Direktur Bisnis dan Pemasaran Smesco Indonesia Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM), Wientor Rah Mada menjelaskan untuk memangkas biaya logistik atau ongkir salah satu yang diperlukan adalah mendekatkan produk dengan market. Untuk itu pihaknya membangun prototype Smesco UKM Fullfillment Center di Gedung Smesco Indonesia Jalan Gatot Subroto, Jakarta di lantai 11.
Fasilitas ini dapat digunakan oleh pelaku UMKM dengan harga sewa yang sangat kompetitif. Diharapkan dengan produksi yang terjaga dan terstandarisasi dapat membantu UMKM hemat biaya ongkirnya, terutama bagi pembeli yang berada di pulau Jawa.
“Logistik itu akan murah kalau dua kota itu ada bisnis, lalu ongkos akan murah kalau barang yang disimpan semakin dekat dengan market, oleh karena itu KemenkopUKM melalui Smesco harus segera memecahkan masalah ini dengan membangun prototype fullfillment center yang bisa menampung 150 ribu invoice produk UMKM,” kata Wientor dalam Webinar bertema Fulfillment Center Bantu Efisienkan Ongkir Pelaku UMKM, Kamis (24/2/2022). Acara Webinar ini digelar oleh portalberita online Beritakota.id bekerjasama dengan PT SiCepat Ekspres dan PT Shipper Indonesia.
Sementara itu Vice President of Sales SiCepat Ekspres, Ratna Putriasih menegaskan sebagai perusahaan jasa ekspedisi pihaknya sangat komitmen untuk mendukung UMKM naik kelas melalui penyediaan layanan ekspedisi dengan harga yang kompetitif. Tersedia berbagai macam pilihan produk dan layanan ekspedisi bagi UMKM seperti layanan Reguler (Siuntung), Best (Besok Sampai Tujuan), paket SameoDay Delivery, Gokil (Cargo Kilat), Halu (Harga Mulai Lima Ribu).
Bahkan untuk layanan ekspedisi ekspor, Sicepat juga menawarkan produk SCBD (Sicepat Crossborder) dan Sicepat Go. Kemudian ada juga layanan Sicepat Syariah, COD (Cash on Delivery), Sicepat Point hingga Sicepat Klik. Dijelaskan bahwa saat ini kapasitas layanan paket sudah menembus 1,5 juta paket per hari. Bahkan di saat hari belanja online nasional (harbolnas) terjadi peningkatan yang signifikan jumlah layanan paket.
“Kita terus berinovasi untuk produk dan servicenya. Ini kami lakukan untuk dapat memberikan layanan yang terbaik khususnya bagi UMKM. Merka bisa memilih layanan mana yang paling sesuai dengan kebutuhannya sehingga kita harap bisa membantu usahanya dengan layanan ini,” ungkap Ratna.
Tidak hanya itu, lanjut Ratna, SiCepat Ekspres juga bertransformasi dengan memberikan layanan yang lebih canggih khususnya bagi sektor korporasi. Sebagai contoh layanan Clodeo, sebuah platform terintegrasi untuk yang melayani pemesanan hingga ke delivery management dan payment dengan cara digital. Layanan ini sangat tepat bagi para pelaku UMKM termasuk korporasi yang memiliki basis produksi di suatu wilayah namun konsumennya banyak di wilayah yang berbeda. Apalagi jika dipadukan dengan layanan Haistar yang secara penuh menangani pergudangan.
“Clodeo ini bisa memanage penjualan dan bagaimana mencatat penjualannya secara digital dan bisa dimanfaatkan oleh UMKM. Semua ini bisa terkoneksi dalam satu dashboard,” ujarnya.
Head of Shipper Academy, Putra Rizky Agung Usman menambahkan bahwa perusahaannya juga sangat komitmen mendorong agar biaya logistik (ongkir) terus turun. Di tengah melonjaknya transaksi online mengharuskan penyedia jasa ekspedisi kebanjiran order.
Pulau Jawa menjadi target pasar paling besar di Indonesian dimana 76,7 persen usaha e-commerce melayani pengiriman ke Jawa. Sementara pengiriman paket ke wilayah timur Indonesia paling sedikit sehingga menyebabkan ongkir mahal. Di sisi lain ada sejumlah masalah yang dihadapi UMKM dalam hal pengiriman barang seperti kesenjangan fasilitas logistik, tidak memiliki laporan yang jelas terhadap penjualan dan inventory serta persoalan lainnya.
“Untuk itu kami dari Shipper menawarkan solusi layanan fulfill center yang dilengkapi dengan sistem terintegrasi dan fasilitas yang memadai untuk pengadaan proses suplai chain,” ucapnya.
Keuntungan dari memanfaatkan layanan fulfillment center ini, lanjut Putra, penyimpanan produk dari UMKM akan tertata dengan baik berdasarkan klasifikasi barang dan tercatat dengan baik. Selain itu data penjualan barang baik online atau offline akan terintegrasi dalam satu sistem dashboard secara real-time. Kemudian sistem packing juga terstandarisasi dengan keamanan yang tinggi.
“Kita bisa membantu memberikan flow yang memudahkan UMKM terkait report barang baik yang masuk atau keluar termasuk invetory stock. Kita berikan omni channel sehingga pencatatan penjualan dari offline dan online terintegrasi,” pungkas dia.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia, Bima Laga menjelaskan bahwa ekonomi digital di Indonesia berkembang sangat pesat. Riset dari Google dan Temasek tahun 2021 menyatakan nilai transaksi ekonomi digital mencapai USD70 miliar. Angka ini berpotensi terus berkembang seiring semakin banyaknya pelaku usaha yang masuk di dalam ekosistem digital. Dari tahun 2020 ke 2021 saja terjadi kenaikan transaksi di e-commerce sebesar 52 persen.
“Dalam tiga tahun terakhir transaksi saat harbolnas naik 99 persen, pertumbuhan itu di topang oleh lokal produk (produk UMKM) yang juga terus meningkat. Estimasi transaksi total (saat harbolnas) mencapai Rp18,1 triliun,” ucap Bima.
Dijelaskan bahwa pengembangan UMKM yang sudah melek teknologi masih dihadapkan pada beberapa tantangan. Diantaranya terkait dengan pendanaan, sistem pembayaran, akses internet, persoalan biaya logistik dan talenta digital. Oleh sebab itu pihaknya aktif melakukan pembinaan dan pelatihan literasi digital berkolaborasi dengan berbagai pihak. Ini dimaksudkan untuk membekali para UMKM dalam memecahkan persoalan yang dihadapi selama memasarkan produknya.
“Semua anggota kami berjibaku turut membantu pemerintah meningkatkan literasi digital UMKM. Salah satu yang menjadi fokus kami diantaranya adalah soal isu sistem pembayaran, pembayaran jadi faktor penting sebab ketika udah digital harusnya pembayaran bisa dilakukan secara online,” pungkas dia.