Novel “Kincir Waktu” Adalah Perjuangan untuk Melawan Lupa
Jak-One.com – Novel “Kincir Waktu,” yang berlatar belakang peristiwa Reformasi 1998, merupakan bentuk kontribusi yang lebih lestari untuk generasi berikutnya. Tujuannya, sebagai pengingat agar bangsa ini tidak mengulangi kesalahan dan kejadian serupa di masa lalu.
Demikian dinyatakan oleh novelis Akmal Nasery Basral, dalam webinar yang diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia, SATUPENA, di Jakarta, Minggu (5/12). Diskusi itu membahas novel terbaru karya Akmal Nasery Basral, “Kincir Waktu.”
Webinar Obrolan Hati Pena #16, dengan nara sumber Akmal Nasery Basral itu dipandu oleh Swary Utami Dewi dan Anick HT. Akmal adalah lulusan FISIP UI. Ia pernah lama bekerja sebagai wartawan di majalah berita Gamma, Gatra dan Tempo.
Mengutip penulis asal Republik Ceko, Milan Kundera, Akmal menyatakan, novelnya itu merupakan bagian dari perjuangan untuk “melawan lupa.”
Menurut Akmal, novelnya bisa disebut sebagai “historical fiction.” Hal ini karena ada kejadian yang betul-betul terjadi dalam novelnya, sesuai fakta historis. “Tetapi juga ada unsur fiksinya, karena novel ini bukanlah karya jurnalistik,” ujarnya.
Kalau disebut “crime fiction” juga bisa. Hal ini karena ada unsur “crime” atau kejahatan dalam kerusuhan 1998, yang menjadi inspirasi novel ini. Ada banyak warga yang terjebak dan tewas, di dalam sebuah mal yang dibakar pada waktu itu. “Itu betul-betul kejahatan dalam skala besar,” tegas Akmal.
Sedangkan jika novel ini disebut “political thriller,” juga bisa. Hal ini karena memang banyak sisi politik dalam peristiwa1998. Banyak kelompok yang bertarung memperebutkan kekuasaan yang terbatas.